Yogyapos.com (SLEMAN) - Wilayah Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman mememiliki sejumlah destinasi wisata dan cagar budaya menarik untuk dikunjungi.
Secara geografis, lokasi ini merupakan salah satu kapanewon yang terletak di Kabupaten Sleman yang diikat langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Letak ibu kota kapanewon berada di Padukuhan Tempel, Kalurahan Lumbungrejo.
BACA JUGA: Dihadiri Danrem, Puncak Acara Hari Harganas Digelar di Komplek Waduk Sermo
Kapanewon Tempel terbagi dalam 8 Desa/Kalurahan dan 98 Padukuhan. Bagian Administrasi Desa/Kelurahan, yakni Merdikorejo, Lumbungrejo, Margorejo, Mororejo, Pondokrejo, Sumberrejo, Tambakrejo dan Banyurejo.
BACA JUGA: JCW Minta Polisi Menahan Tersangka Pungli Oknum Lapas Cebongan
Berikut potensi wisata di Kapanewon Tempel yang dihimpun dari sejumlah sumber :
Di Padukuhan Bangunrejo
Kalurahan Merdikorejo, terdapat wisata alam Grojogan Watu Purbo merupakan wisata air terjun buatan dengan desain berupa enam tingkat terasering yang semula digunakan untuk mengatasi dampak erupsi Gunung Merapi. Grojogan Watu Purbo sebenarnya merupakan sebuah bendungan (dam) di aliran Kali Krasak dan Kali Bebeng yang berhulu di Gunung Merapi. Bendungan ini dibangun pada tahun 1975 atas perintah dari Balai Besar Wilayah Sungai berupa Sabo Dam yang bertujuan sebagai kantong lahar untuk menampung material vulkanik agar dampak aliran lahar tidak membahayakan warga di sepanjang Kali Krasak dan Kali Bebeng. Keindahan Grojogan Watu Purbo menjadi cukup populer dan banyak dibicarakan di media sosial.
BACA JUGA: Sambut Kedatangan Jemaah, Menag Minta Maaf dan Mendoakan Kemabruran
Di Banyurejo, populer dengan Bebek Bacem Mbah Tumpuk merupakan Makanan khas Kalurahan Banyurejo yang kini mulai terkenal di Kabupaten Sleman. Di sana juga ada wisata Watu Jagal. Berada di Padukuhan Plataran, berdekatan dengan tempuran Sungai Progo perbatasan Kabupaten Kuloprogo, Sungai Krasak dan Kali Putih. Menurut warga sekitar, Watu Jagal menjadi tempat penghukuman bagi mata-mata Belanda. Watu Jagal menyimpan misteri pembunuhan penduduk pribumi pada 1940 sebelum Indonesia Merdeka.
BACA JUGA: Diikuti 450 Sepeda Motor, Peserta Tour De Merapi 2024 Naik 50 Persen
Terdapat pula Buk Renteng merupakan sebutan dari Selokan Van Der Wijck, yang didirikan ketika Sri Sultan Hamengkubuwono VIII berkuasa. Bangunan cagar budaya di kawasan Banyurejo Tempel ini, masih berfungsi untuk saluran irigasi bagi areal pertanian di Bumi Sembada.
BACA JUGA: Ustad Misbahul Anam Berceramah, Ratusan Warga Dusun Sedan Bersholawat
Bahkan, dalam agenda akan digelar Event SiBakul Jelajah Van der Wijck, ini menjadi gelaran Road to Sibakul Jogja Sport Fest 2024 yang rencananya akan digelar pada September 2024. Ini menandai Desa Banyurejo terpilih sebagai lokasi sport tourism dalam gelaran SiBakul Jelajah Van der Wijck karena merupakan salah satu Desa Budaya yang ada di DIY.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ishadi Zayid SH || YP-Eko Purwono
Lalu di Kalurahan Mororejo, di sana terdapat Taman Embung Mororejo, tampil cantik saat malam hari. Tak hanya gemerlap dengan siraman lampu, destinasi wisata baru ini juga akan semakin meriah dengan berbagai pertunjukkan seni. Keindahan embung ini juga cocok dinikmati sebagai wahana refreshing.
BACA JUGA: Oknum 'M' Resmi Tersangka Pungli di Lapas Cebongan Tapi Belum Ditahan
Embung Mororejo dibangun pada tahun 2019 didanai dari Pemerintah pusat, mulai 2023 pengelolaannya telah diserahkan sepenuhnya dari Pemerintah Kalurahan Mororejo kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Morojoyo. Lokasi ini bisa ditempuh dari pusat Kota Jogja, berjarak kurang lebih 20 km.
BACA JUGA: Bupati Kustini: Bersholawat itu Menenteramkan Hati
Di Lumbungrejo, terdapat bangunan cagar budaya, bekas Stasiun Tempel, merupakan Bangunan Kolonial 1800 M 1900 M (1895), ada pula kompleks bangunan Pegadaian Tempel. Bangunan ini terletak di sebelah barat laut kota Yogyakarta, di Padukuhan Lodoyong, Lumbungrejo Sleman sejak abad ke-20. Pegadaian Tempel merupakan salah satu bangunan pegadaian yang didirikan pada masa kolonial. Tak jauh dari Komplek Kantor Kapanewon terdapat Monumen Palagan Palbapang Tempel.
BACA JUGA: Tim Saber Pungli Amankan Oknum Jukir 'Nuthuk' Tarif Parkir Rp 25.000
Bangunan Kapanewon Tempel terletak di Padukuhan Tempel Bangunan ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan SK Bupati Sleman nomor: 14.7/kep.KDH/A/2017 tanggal 6 Februari 2017. Pada tahun 1943 sistem pemerintahan distrik dihapus dan tahun 1945 bangunan ini digunakan sebagai kantor kapanewon temple dengan penewu pangreh praja pertama adalah Raden Prakosodiningrat.
BACA JUGA: Krebet Masuk 50 Desa Wisata Terbaik, Sandiaga Uno Pariwisata Bantul Kian Menduni
Tak kalah menarik yang ada di Sumberrejo, terdapat batuan andesit di sekitar lokasi pemakaman umum Padukuhan Gaten Sumberrejo. Temuan tersebut diperkirakan peninggalan bangunan candi Hindu. Padukuhan Nglengkong memiliki potensi wisata sejarah, di situ terdapat makam Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Murdaningrat. Seorang pangeran utusan Sri Sultan Hamengku Buwono V yang gugur saat hendak menemui Pangeran Diponegoro.
Pondokrejo, terdapat Tugu Bunderan Pondokrejo, merupakan bangunan bersejarah terletak di Padukuhan Banjarharjo.
BACA JUGA: Pendaftar Calon Anggota Kompolnas Tembus 137 Orang
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ishadi Zayid menuturkan, guna mengoptimalkan potensi destinasi wisata di Sleman bagian Barat, Dispar secara masif menggelar event-event kita arahkan sana.
“Ke Sleman barat biar wisatanya makin menggeliat, karena potensi di Sleman barat potensinya luar biasa sejalan dengan lahan pertanian, kita dorong nanti tumbuh desa wisata, seperti agrowisata dan lain-lain,” kata Ishadi saat menghadiri event Tour de Merapi, Minggu (21/7/2024).
BACA JUGA: Sandiaga Uno: ARTJOG 2024 Angkat Kualitas Seni Indonesia ke Tingkat Dunia
Menurut Ishadi, keberadaan destinasi wisata grojogan Watu Purbo di Kalurahan Merdikorejo Tempel itu luar biasa, lantaran pengelolanya antusias. “Keberadaan watu purbo, itu merupakan ikon destinasi wisata yang luar biasa,” imbuhnya.
Ditambahkan, pada akhir Juli 2024 ditargetkan merapungkan klasifikasi desa wisata, dari yang kemarin 80 desa wisata nanti mungkin komposisinya bisa berubah, baik yang rintisan, berkembang, maju dan mandiri.
BACA JUGA: Jemaah Haji yang Masih Dirawat di RS Saudi Tetap Menjadi Tanggung Jawab Pemerintah
Di kesempatan lain, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Edy Winarya menjelaskan pengusulan berbagai peninggalan di Sleman sebagai cagar budaya merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan melestarikan. Untuk penetapan pihaknya bekerja sama dengan tim ahli cagar budaya untuk kajian guna memastikan benda atau situs peninggalan ini memang layak ditetapkan sebagai cagar budaya.
“Untuk status cagar budaya berjejang mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional,” ungkap Edi. (Opo)