Pola Asuh Anak Perlu Disesuaikan dengan Zamannya

share on:
Ahmad Damar Arifin || YP-R Toto Sugiharto

Yogyapos.com (SLEMAN) - Pola asuh anak ternyata harus disesuaikan dengan zamannya. Problemnya, banyak orangtua yang masih memakai pola asuh dengan mengikuti model orangtua mereka yang sudah jadul. Misalnya, dengan cara “kekerasan”, seperti disentak-sentak, dicubit, dan semacamnya.

Padahal, dalam kenyataannya, tidak semua pola asuh orangtua zaman dulu yang sudah jadul bisa dan cocok diterapkan di era sekarang. Zamannya sudah jauh berbeda, kemajuan teknologi juga beda, daya tangkap anak juga berbeda.

BACA JUGA: Suhu Hangat Pilkada Sleman Kian Terasa, Deklarasi Harda Belum Bersama Wakilnya

Story teller Ahmad Damar Arifin Spd menyampaikan hal itu usai memberikan materi Pelatihan Parenting “Kiat Sukses Mendidik Anak tanpa Gadget dan TV”, di Omah Lawas Tegalbalong Bimomartani Kapanewon Ngemplak, Sleman, Jumat (19/7/2024).

Hesti Chandra Dewi || YP-R Toto Sugiharto

Tantangan orangtua era kini, menurut Damar, lebih berat dan butuh strategi khusus dalam menerapkan pendidikan dan pola asuh anak. Mengingat, tingkat sosialisasi anak jauh berkurang dengan lingkungan jika dibandingkan dengan pola interaksi sosial di era dulu. Selain itu, orangtua juga banyak dituntut belajar teknologi dan adptif terhadap perubahan sosial.

BACA JUGA: Hampir Sepekan Kabur dari Rumah, Remaja Putri Ini Berhasil Dijemput Polisi

“Kita sebagai orangtua harus melihat zamannya. Karena mendidik anak harus disesuaikan zamannya. Bukan disesuaikan dengan zaman kita,” terang Damar yang telah memberi mater parenting di tempat yang sama sebanyak tiga kali.

Diilustrasikan oleh Damar yang aktif di Komisi Nasional Perlindungan Anakdan menjadi Kepala Sekolah PAUD Al Jauhar Gulon Salam, Magelang, Jawa Tengah, permasalahan yang dihadapi anak di era sekarang sangat kompleks, meliputi pencabulan, hamil di luar nikah, melahirkan di usia sekolah, perundungan, baik dari teman, orangtua, maupun guru.

BACA JUGA: Dihadapan Santri, Gus Hilmy Tegaskan Sikap Toleran Bukan Berasal dari Keadaan Lemah

Pihaknya pernah menerima aduan terkait perundungan digital dengan solusi mempertemukan antar pihak yang bersengketa. Sekitar 85 % dapat diselesaikan secara damai dan sisanya, yang 15% diselesaikan keranah hukum, dengan vonis hukuman penjara selama enam bulan dan juga pembayaran denda.

BACA JUGA: Tim Saber Pungli Amankan Oknum Jukir 'Nuthuk' Tarif Parkir Rp 25.000

Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Kuncup Mekar di Tegalbalong menjelaskan kegiatan parenting sebagaibagian dari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi anak asuh dan orangtuanya. Tujuannya, terutama mendorong orangtua bekerjasama dengan sekolah dalam mendidik anak di rumah.

BACA JUGA: Sandiaga Uno Support Ponpes Assalafiyyah Mlangi II dengan Pelatihan Santri Digital Preneur

Orangtua diingatkan kalau jam belajar anak tidak hanya di sekolah yang hanya selama lima jam. Karena, alokasi waktunya lebih banyak tersedia di rumah sehingga menjadi  tanggung jawab orangtua.

Pelatihan parenting untuk orangtua sisa TK Kuncup Mekar || YP- R Toto Sugiharto

“Kita menginginkan dengan adanya parenting seperti ini supaya orangtua juga mendidik anak di rumah. Tak hanya pasrah bongkokan kepada sekolah. Misal, anak kurang apa, disamping kita bisa membantu, dari rumah juga perlu dorongan. Jadi,kita sebelum melakukan pembelajaran yang aktif ada masa MPLS. Kita ambil satu hari dengan acara parenting,” ucap Hesti.

BACA JUGA: Keributan Upaya Penarikan Mobil oleh Empat DC Selesai di Kantor Polisi

Menurut Hesti, yang paling utama dalam mendidik anaka dalah memberikan teladan atau contoh terbaik. Apabila orangtua menghendaki si anak tanpa gadget dan TV makadia juga konsisten tidak bergantung pada gadget dan TV. Artinya, ponsel dipakai sebatas alat komunikasi saja, tidak untuk hiburan dan lainnya. TV juga benar-benar dinonaktifkan.

BACA JUGA: Pendaftar Calon Anggota Kompolnas Tembus 137 Orang

Hesti mengakui ponsel menjadikan proses komunikasi dengan orangtua siswa lebih efektif. Hal itu berbeda saat komunikasi dengan orangtua siswa menggunakan buku penghubung yang kali terakhir masih digunakan pada 2019. Pada saat masih menggunakan buku penghubung, meskipun terjalin komunikasi antara guru dengan orangtua siswa, namun prosesnya lebih lamban. Saat ini cukup dengan menggunakan WA grup komunikasi berjalan lebih cepat. (R Toto Sugiharto)


share on: