“BUMI itu saya gambarkan dengan nenek-nenek tapi dipoles diperindah sehingga orang berduyun-duyun tertarik dengan dunia yang sudah tua ini. Walaupun dunia itu sudah tua, tapi orang masih suka mengejarnya.”
Sepenggal paragraf itu merupakan pesan moral Sugeng Pribadi, pelukis surialis religius, dalam goresan Pecinta Nenek Nenek, oil on kanvas ukuran 140 cm x 180 cm lukisan.
BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-lukisan-wajah-antok-abri-gambaran-sosok-ibu-hebat-9274
Sugeng Pribadi, pelukis asal Wonosobo ini sedang menggelar pameran tunggal di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, bertajuk ‘Solo Painting Exhibition Sugeng Pribadi Menuju Perjalanan Tanpa Batas’ mulai 14 Januari - 28 Februari 2024. Pameran dibuka oleh Rika Fatimah, Founder & Konseptor G2R Tetrapreneur/FIB UGM.
Rika Fatimah, Founder & Konseptor G2R Tetrapreneur/FIB UGM membuka acara pameran Sugeng Pribadi dengan menggoreskan kuas ke kanvas || YP-Yuliantoro
BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-lully-tutus-bahagia-bersama-lukisan-8734
Sugeng mengatakan, umumnya manusia itu masih tertipu dunia yang fana, tidak kekal dan pasti berakhir. Hidup ini seakan-akan hanya dibatasi materi saja. Kalau sudah banyak uang, harta, jabatan pangkat seolah selesai. Padahal itu hanya hidup sementara, pasti berakhir dengan kematian dimana materi tidak dibawa.
“Fakta nya banyak orang berduyun-duyun mengejarnya. Akhirat yang abadi sebagaimana didalam Alquran justru tidak terpikirkan,” ujar pelukis lulusan Sekolah Seni Rupa Yogyakarta tahun 1981.
BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-kapolda-hadiri-pembukaan-pameran-lukis-di-tirtonirmolo-8781
Kurator Deni Junaedi mengatakan, Sugeng itu pendekar bersenjata awan. Di tangan seniman ini, keindahan awan dapat dibuat semakin mempesona sekaligus senjata ampuh. Sekawanan mega yang Lembut indah mampu menjelma menjadi segerombolan awan badai penggulung manusia.
“Lukisan Sugeng Pribadi tidak hanya memanjakan mata karena teknik yang prima, tetapi temanya dapat mengingatkan agar perjalanan hidup ini mencapai bahagia,” ujar Deni Junaedi.
Kurator Deni Junaedi saat memberikan sambutan di acara pembukaan pameran Sugeng Pribadi || YP-Yuliantoro
Rangkaian lukisan karya Sugeng ini mencerminkan kematangan olah pikir dan olah rasa. Secara keseluruhan, karya nya dirangkai dalam tajuk ‘Menuju Perjalanan Tanpa Batas’.
“Kita dapat mencermati goresan cat minyak pada kanvas secara langsung di pameran,” tandasnya.
Sementara itu, Rika Fatimah mengatakan seni Islam dan bisnis merupakan kesatuan jiwa ruh dan raga. Jiwa yang berseni substansi kelembutan hati yang tertuang dalam karya. Jiwa tanpa ruh adalah kesia-siaan belaka karena tanpa hakekat ternurnikan dalam kesempurnaan Islam. Islam yang tanpa ikhtiar adalah suatu kehampaan kesempurnaan yang tak ternyata kan dalam tindakan.
“Seni Islam dan bisnis adalah putaran kehidupan meraih akhirat. Solo painting exhibition Sugeng Pribadi adalah eksplorasi tanpa batas yang terilham ayat ayat suci Alquran. Ilham bersumber keajaiban multi lapis dan demensi memberikan eksplorasi jiwa, ruh dan raga dalam suatu karya dan jalinan silaturahim kemanusiaan yang mengangkat pendidikan menuju kemuliaan fitrahnya,” jelasnya.
BACA JUGA: https://www.yogyapos.com/berita-perupa-supantono-pasca-retrospeksi-melanglang-asean-33
Sugeng Pribadi yang pensiunan guru seni rupa ini secara serius memulai berkarya sejak 2017. Mengikuti pameran baik tunggal maupun kolektif sudah 10 kali lebih. Pada pameran tunggal kedua ini Ada 26 karya Surialis religius Sugeng Pribadi yang dipamerkan antara lain Lailatul Qodar, Anak Negeri, Pecinta Nenek Nenek, Bukit Emas dan sejumlah lukisan lainnya. (Tor)