Di Darmin Kopi, Pameran 'Kembang Sepatu Featuring Supantono' Dikerubuti Alumni SMSR

share on:
Pembukaa pameran lukis bertajuk ‘Kembang Sepatu Featuring Supantono’ berlangsung di Galeri Darmin Kopi, Duren Tiga 7E, Jakarta Selatan || YP-Ist

Yogyapos.com (JAKARTA) – Pameran lukis bertajuk ‘Kembang Sepatu Featuring Supantono’ berlangsung di Galeri Darmin Kopi, Duren Tiga 7E, Jakarta Selatan, menyuguhkan karya-karya pelukis asal Yogyakarta Supantono dan Setyo Purnama alias Kembang Sepatu.

Pembukaannya pada 29 November 2022 oleh kurator Puguh Tjahjono Sadari Waruju. Dihadiri sejumlah kolektor, anggota DPR RI dan sejumlah alumni Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogya.

BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-supantono-dan-kembang-sepatu-siap-gelar-karya-di-darmin-kopi-duren-tiga-jaksel-8965

“Semula pameran ini akan dibuka pada 28 November, tapi mundur sehari. Alhamdulillah semuanya berlangsung lancar,” ucap Supantono usai acara pembukaan pameran yang akan berlangsung hingga 7 Desember mendatang.

Ngopi sambil menikmati lukisan || YP-Ist

Kehadiran para alumni SMSR dalam acara pembukaan tersebut cukup menyita perhatian. Maklum, Supantono adalah mantan guru di sekolah tersebut. Sedangkan mereka tak lain bekas muridnya.

BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-anies-agenda-perubahan-dan-tembak-mati-koruptor-9597

Pada kesempatan tersana ada ikatan emosional yang tak pupus. Para murid-murid tersebut langsung mengerubuti mantan gurunya dan bergilir mengucapkan selamat. Bahkan tak lupa saling berebut foto bersama.

Puguh menyatakan, setiap orang secara naluriah memiliki mekanisme dialogis terhadap segala sesuatu yang terdeteksi oleh sensor inderawinya. Pengamatan demi pengamatan iderawi itu kemudian terlembaga secara intelektual sebagai pengalaman. Pengalaman bila tertata dalam operasi logika secara sistematis, maka pengalaman itu kemudian tersusun sebagai ilmu pengetahuan.

“Oleh karenanya dalam menjalani kehidupannya, seseorang pada dasarnya disibukkan oleh jejak-jejak (impuls) pengalaman, yang dalam domain seni disebut sebagai aestheica experiences (pengalaman estetika),” katanya.

BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-jfa-gelar-workshop-pembuatan-film-pendek-di-man-2-yogya-disambut-antusias-peserta-9588

Ia menyebut, llmu pengetahuan disumbangkan untuk pengembangan dan terapan praktis dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara materiil maupun moril (spirituil). Adapun dunia seni adalah mewadahi penuangan jejak-jejak pengalaman pada jalur artistik dan kreatifitas, dengan tujuan yang pararel yaitu kesadaran dan pencerahan sebagaimana dalam dunia ilmu pengetahuan.

Salah satu karya yang dipamerkan || YP-Ist

“Karya seni adalah jelmaan (metaverse) dari catatan-catatan harian yang sejatinya adalah jejak-jejak pengalaman estetik, yang dijalin oleh si seniman dalam keseharian hidupnya. Seniman sejati adalah mereka yang selalu gelisah manakala menjumpai impulse–impulse estetika. Kegelisahan yang ‘mengganggu dan memaksa’ lahirnya ide, kreativitas dan tabiat artistik yang dituangkan ke dalam setiap karyanya,” jelasnya .

BACA JUGA: https://yogyapos.com/berita-wuri-hantoro-siap-pertemukan-para-presiden-buktikan-25-februari-di-jec-9586

Pernyataan tersebut terkait dengan pameran kedua pelukis tersebut yang lewat karya-karyanya ingin mengajak para pecinta seni, para apresian, pengamat seni dan juga kaum pelajar serta para rekan sesama profesi untuk membaca dan menyimak serta menikmati literasi visual yang dijelmakan dari masing-masing catatatan harian mereka.

Perihal karya mereka dapat dilaporkan secara ringkas antara lain pada Kembang Sepatu memiliki identifikasi : realisme ekspresionis, bernarasi realisme sosial, isu-isu moralistik adalah catatan–catatan harian yang ‘sensual’ dari Kembang Sepatu. ‘Sensual’, lantaran ada unsur populer, sinikal dan satire dapat terbaca dari karya-karyanya. Kembang Sepatu baru saja memperoleh trophy karya terbaik dalam kompetisi seni lukis di ISI Surakarta.

Mitranya, Supantono, juga memberangkatkan karya-karyanya sebagai jelmaan dari perenungan sehari-hari dalam perspektif humanisme; deformasi manusia dan lingkungan flora-fauna menjadi idiom penting untuk narasi visualnya. Karyanya bernas khas seni rupa Timur, basis dekoratifnya sangat kuat. “Estetika visual – lewat gubahan warna, karya Supantono juga memendarkan citra romantik, kendati kadang terasa ada sesuatu yang muram-menyelinap,” simpul Puguh.

BACA JUGA:  https://yogyapos.com/berita-budi-ubrux-gagal-ke-jerman-malah-siapkan-pameran-di-perancis-dan-belanda-9513

Sementara itu, Supantono kepada yogyapos.com mengatakan, setelah dari Darmin Kopi pada awal tahun  2023 akan berpameran tunggal di Denpasar Bali. Namun dia belum menyebutkan tempat pamerannya. Ia secara khusus juga mendapatkan undangan secara offline pada 9-15 Juni 2023 untuk pameran di Art Museum Bitola, Macedonia.

“Yang sangat membahagiakan saya ini telah mendapatkan seorang penggemar seni atau pialang seni yang akan memamerkan karya-karyanya di Austria, Belanda, dan di beberapa negara Eropa,” tukasnya.

Dan karya-karya Supantono perlu mendapatkan apreasi tinggi karena dia telah dapat menemukan corak gaya baru "Decora Abstrak"  yang merupakan perpaduan budaya Timur (Yogyakarta-Indonesia) dan gaya abstrak (Barat). Temuan gaya Supantono sangat unik dengan kekuatan fantasi yang dimiliki telah melahirkan gaya yang unik dan universal dan sangat layak apabila kini dia mendapatkan promotor  yang akan melambungkan namanya di forum nasional dan internasional. (*/Met)

 


share on: