Yogyapos.com (SLEMAN) - Dibutuhkan inovasi dan kreativitas untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas dan merata terutama bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Tidak cukup dengan pengembangan kongnitif (kemampuan intelektual) saja.
Hal tersebut disampaikan Dr Wiji Suparno MP Hil SNE selaku Koordinator Pengawas Diksus Dikpora DIY disela mengikuti puncak acara "Widhar 2 Fest #2 yang diselenggarakan oleh Sekolah Luar Biasa (SLB) C Wiyata Dharma 2 Sleman di Kapanewon Tempel, Kamis (6/2/2025).
“Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, tuna grahita, mereka dikembangkan tidak harus kongnitif, tapi diutamakan empat hal yakni ketrampilan, olahraga, seni budaya, lalu agama dan budi pekerti,” ujar Wiji.
Dengan bekal tersebut, ungkap dia, diharapkan tumbuh kemandirian, mereka akan memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan kelak untuk survive di tengah masyarakat.
“Kemandirian itu menjadi target program kita,” ungkapnya.
Di bidang olahraga, tercatat pada 2023, kontingen dari DIY mampu mengukir prestasi tingkat dunia di Jerman yang diikuti 178 negara, di cabang olahraga bulutangkis meraih juara dunia.
“Mereka harus kita angkat derajatnya, tidak hanya melalui kemampuan kongnitif saja,” sambungnya.
Apresiasi juga disampaikan kepada para pendidik yang sangat luar biasa yang telah melatih kemandirian dan memberikan bekal. “Sehingga diharapkan kelak mereka bisa menjadi pribadi-pribadi mandiri yang tangguh,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SLB C Wiyata Dharma 2 Sleman, Retno Wijiastuti SPd menjelaskan, Widhar 2 Fest #2 merupakan agenda tahunan, kali ini mengusung tema Mengusung tema ‘Mengubah Keterbatasan Menjadi Kekuatan, Wujudkan Mimpi dan Harapan’.
“Program Widhar 2 Fest #2 merupakan program tahunan, kegiatan ini menjadi parameter sekolah, tentang keberhasilan sekolah anak-anak berkebutuhan khusus yang mereka memiliki keterbatasan intelektual,” jelas Retno.
Kegiatan ini, bertepatan dengan HUT ke-55 SLB C Widhar 2 Sleman, diwarnai dengan display kreativitas, gelar P5, alumni UMKM , pementasan seni dan kreasi serta seremoni Gumregahing Gegayuhan yang ditandai dengan pelepasan merpati secara bersama. Diikuti para orang tua siswa, stakeholder dan anggota Komite Sekolah.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, masyarakat memberikan kesempatan yang lebih luasluas, sehingga anak berkebutuhan khusus ini nanti dapat mengaktualisasikan kemampuannya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat,” tuturnya. (Opo)