Yogyapos.com (BANTUL) - Prof Hj Siti Baroroh Baried, lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1923 merupakan seorang tokoh 'Aisyiyah, menjadi pelopor yang mendorong peran wanita dalam masyarakat. Ia akademisi dan aktivis yang telah memberikan banyak kontribusi, terutama dalam mengembangkan wanita untuk jadi lebih maju.
Itulah kesimpulan seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan bertajuk ‘Prof Dra Siti Baroroh Baried dan Gerakan Perempuan Berkemajuan’ yang diselenggarakan Studi Politik Islam, di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (1/4/2019).
Seeperti dikatakan mantan Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Hadiroh Ahmad SPd bahwa Baroroh Baried adalah seorang wanita langka di kalangan Muhammadiyah saat itu yang memiliki semboyan ‘hidup saya adalah menuntut ilmu’. Hal ini dibuktikannya dengan menjadi wanita pertama yang menjadi professor dan guru besar di Indonesia.
Ia juga menjadi Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah selama 5 periode (1965-1985). Selama 20 tahun menjadi nahkoda organisasi perempuan Muhammadiyah, Siti Baroroh memperkenalkan Aisyiyah ke dunia internasional. Bahkan memelopori banyak kerjasama dengan organisasi internasional seperti Unicef, The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace dan lainnya, serta memperkenalkan kerja Aisyiyah di dunia akademik intenasional seperti dalam seminar di Harvard University, Amerika Serikat. Ketika itu Siti Baroroh menyampaikan materi mengenai Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesia.
Sementara itu Kepala Pusat Studi Gender Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Dr Trias setiawati MSi menyebutkan, Siti Baroroh merupakan pribadi yang mengubah budaya peran wanita di masyarakat.
"Siti Baroroh sosok yang menjadi landasan dari prinsip wanita berkemajuan yang digalakkan oleh Aisyiyah," kata Trias Setiawati. Ia menekankan pentingnya pendidikan dan membuka jalan bagi wanita Islam untuk memperkaya dirinya dengan pengetahuan.
Melalui Aisyiyah, Siti Baroroh melakukan banyak pemberdayaan kepada wanita. Salah satunya dengan memberikan konsep keluarga sejahtera dengan mendorong ibu rumah tangga untuk memperkaya diri dengan kegiatan positif. Di masanya, ia juga sering mengirimkan banyak wanita Aisyiyah ke luar negeri untuk memperkaya pengetahuaannya.
Trias menekankan bagaimana Siti Baroroh menerapkan ilmu yang didapat dalam kesehariannya. Apa yang dilakukan oleh Siti Baroroh adalah sesuatu yang melampaui zamannya dan menjadi dasar untuk budaya yang akomadatif bagi kita saat ini.
"Saya ingin peserta juga dapat melakukannya dengan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat," ajak Trias.
Sedangkan Ro'fah MSW PhD dari Pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga menyampaikan apa yang dilakukan Siti baroroh melalui Aisyiyah adalah sebuah transformasi budaya bagi wanita Indonesia.
"Dan yang ia lakukan menjadi bentuk modernisasi wanita Islam, ketika pada saat itu wanita tidak dipertimbangakan untuk menjadi entitas yang berkontribusi bagi perubahan dan perkembangan," kata Ro'fah.
Hal ini bisa dilihat bagaimana Siti Baroroh mengarahkan wanita unutk menjadi ibu dari masyarakat, dengan memperkaya diri dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas diri mereka untuk menjalankan peran dan fungsi mereka sebagai penyelamat generasi muda.
Bagi Ro'fah, apa yang dilakukan Siti Baroroh merupakan bentuk dari model wanita berkemajuan dan ini merupakan hal yang luar biasa. "Karena hal tersebut ia lakukan dalam masa yang tidak seakomadatif sekarang dan Siti Baroroh membuka jalan bagi banyak wanita untuk mendapatkan kesempatan dalam berperan banyak aspek di masyarakat," katanya.
Hal ini, disampaikan Ro'fah, yang selanjutnya menjadi tantangan bagi kita sebagai penerus dari semangatnya, yaitu mengimplementasikan bagaimana kita dapat menjadi pelopor untuk mencerahkan kehidupan. (Afn)