Lelang Cabai, Kiat KTM Srigading Menjaga Stabilitas Harga

share on:
Gundukan cabai merah yang berhasil dilelang || YP/Daru W

Yogyapos.com (BANTUL) – Harga cabai sering tidak stabil di pasaran ternyata karena ulah pedagang besar. Itu sebabnya para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Manunggal (KTM), Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul mengantisipasinya dengan cara melaksanakan lelang. Ini dilakukan agar harga cabai tidak jatuh, bahkan lebih diuntungkan namun disisi lain peserta lelang yang merupakan pedagang lokal tidak mati oleh pedagang besar dari luar kota. Pasalnya pedagang besar dari luar kota harus menggandeng pedagang lokal agar bisa ikut lelang cabai.

Pada lelang pertama terdiri 3 macam yaitu cabai merah besar imperial, cabe merah besar elegan dan cabe merah keriting laju. Dari hasil lelang yang dilakukan secara tertutup ini akhirnya lelang dimenangkan oleh Tumijah dengan harga lelang Rp 17.385 perkilogram untuk cabai merah besar imperial, Rp 22 ribu perkilogram untuk cabai merah keriting dan Rp 14.500 perkilogram untuk cabe merah besar elegan.

“Jadi setiap pedagang menuliskan dalam kertas harga yang dibeli kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam toples dan dibuka. Pemenangnya adalah pedagang yang menawar paling tinggi yang jadi pemenang. Kebetulan lelang kali ini dari 3 jenis cabai yang dilelang hanya seorang pedagang yang paling tinggi menawar sehingga menjadi pemenang lelang tunggal,” kata Danang Ari Nugroho panitia lelang cabai, Kamis (26/9).

Menurutnya para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Manunggal merupakan petani di lahan pasir Pantai Samas telah melaksanakan lelang cabai sejak tahun 2008 silam dan hingga saat ini terus dipertahankan meskipun lokasi lelang yang telah dibangunkan oleh Pemkab Bantul saat ini sudah hancur atapnya karena kerangka terbuat dari besi dan tidak tahan dengan uap air pantai yang mengandung garam.

“Jadi tempat pelalangan itu hanya mampu bertahan 5 tahun dari awal digunakan untuk lelang selanjutnya lelang di tahun ke 6 hingga saat ini meminjam rumah warga yang punya ruangan cukup luas untuk menampung cabai yang akan dilelang,” ungkapnya.

Ketika pemilik rumah tidak boleh lagi tempatnya digunakan untuk lelang setiap musim panen raya cabai yang berlangsung setahun sekali maka kelompok tani akan kebingungan mencari tempat yang luas yang bisa menampung beberapa ton cabai yang akan dilelang.

“Ini baru panen petik pertama, jika sudah petik ke 5 maka sekali lelang cabai yang dilelang bisa mencapai lebih dari 5 ton. Tempat ini pasti penuh cabai,” ungkapnya.

Petani sudah mengajukan permohonan agar tempat lelang cabai itu diberbaiki dengan mengganti atap tidak dengan besi namun sampai sekarang tidak ada respon dari Pemkab Bantul bahkan warga mendengar informasi dari Pemdes Srigading tempat itu akan disewakan sebagai kegiatan usaha BMT.

“Itu tanah Sultan Ground, kalau Pemdes Srigading mau menyewakan kepada pihak lain kami pasrah saja karena kita hanya petani,” katanya.

Ketua KTM, Subandi mengatakan dengan lelang cabai ini petani tidak akan dipermainkan oleh para pedagang cabai dan pedagang lokal juga kalah dengan pedagang luar daerah karena untuk bisa lelang harus menggandeng pedagang lokal.

“Ini kaitannya dengan pembayaran karena sistem pembayarannya baru dilunasi saat lelang ke 2 dan yang membayar adalah pedagang lokal yang digandeng oleh pedagang dari luar kota,” ungkapnya.

Lelang yang berlangsung tidak hanya 1 kali namun bisa lebih 1 kali karena sekali tanam cabai bisa dipetik hasilnya hingga 10 kali petik dan rata-rata dengan lahan 1000 meter sekali petik bisa sampai 4 kwintal.

“Kalau 1 petani sekali petik bisa 4 kwintal maka jika yang panen 50 petani bisa dibayangkan jumlah berapa ton cabai yang dilelang. Hari pertama lelang ini saja sudah hampir 3 ton dan petaninya masih sedikit karena banyak yang belum petik cabai,” terangnya. (Dws)

 

.

 

 

 

 


share on: